Antisipasi Dini Supaya Bayi Lahir Sehat
DKK Surabaya
Surabaya, e-health- Persalinan menjadi hal yang sangat penting dalam keselamatan dari kelahiran sang bayi terlebih lagi pada ibu melahirkan. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan program dari Departemen Kesehatan dalam rangka meningkatkan upaya pertolongan Persalinan dan Kesehatan terlatih sehingga menjamin keselamatan ibu hamil (Bumil) dalam persalinan.
Dengan adanya P4K, ibu sehat, bayi selamat
Hal ini diungkapkan oleh dr. Nunik Dhamayanti selaku Seksi Kesehatan Ibu dan Balita (KIB) dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur saat memberikan materi di acara Program Orientasi Perencanaan Persalinan yang diadakan di Bapelkes (Badan Pelatihan Kesehatan).
Dalam hal ini Bidan diharapkan dapat membuat perencanaan persalinan disetiap pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) ibu hamil. Perencanaan persalinan tersebut ditulis dalam buku khusus yang dilengkapi dengan pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan agar Bumil, suami, dan keluarga dapat mengetahui bahaya dalam kehamilan dan dapat membuat perencanaan persalinan. Visi utama dari P4K adalah membuat masyarakat mandiri untuk hidup sehat, sehingga dalam hal ini tidak hanya Bumil saja yang mengerti mengenai resiko hamil, tetapi juga keluarga dan masyarakat.
Salah satu upaya sederhana dari program ini adalah pembuatan Stiker. Dasar pembuatan Stiker ini adalah berdasarkan arahan Menteri Kesehatan pada Raker Kadinkes se-Indonesia tanggal 23–24 April 2007. Selain itu, Stiker tersebut dapat menjadi penguat implementasi strategi MPS yaitu menggerakkan pemberdayaan masyarakat, dan sebagai pendukung Desa Siaga.
Sasaran langsung dari program ini adalah Bumil, sedangkan sasaran tidak langsung adalah suami-keluarga, kader-toma (tokoh masyarakat)-toga (tokoh keluarga) dan juga Bidan.
Pokok permasalahan yang harus ditelusuri adalah (1) rencana persalinan mencakup tempat, tenaga penolong, pendamping persalinan, pendamping di rumah, transport, waktu tempuh dari tempat ibu hamil ke tempat persalinan (Rumah Sakit atau Bidan), biaya, dan rencana KB (Keluarga Berencana). (2) Rencana pengambilan keputusan bila dirujuk meliputi siapa orang yang akan mengambil keputusan pertama kali, tempat rujukan, transport, waktu tempuh, biaya, dan donor darah. (3) Rencana tabungan yakni pihak keluarga harus didorong menabung untuk perawatan rutin selama kehamilan dan kasus gawat darurat, selain itu juga Bidan perlu mengupayakan pembentukan suatu sistem ”Tabungan Ibu Bersalin” (Tabulin). (4) Persiapan kebutuhan persalinan mencakup perlengkapan persalinan seperti handuk, kain bersih, pakaian bayi, dan lain-lain.
Indikator keberhasilan program dapat dilihat melalui pelayanan antenatal pada ibu hamil, punya perencanaan persalinan, ibu hamil dikunjungi kerumah, ibu hamil ditangani oleh tenaga kesehatan, merencanakan menggunakan alat kontrasepsi setelah persalinan, serta menggunakan alat kontrasepsi tersebut dalam 42 hari setelah melahirkan.
Namun permasalahan lain selain perencanaan kelahiran yang sering terjadi adalah adanya kasus kematian neonatal yang salah satunya disebabkan karena tidak adanya kontak dengan petugas kesehatan. Sehingga Pedoman Penanganan BBLR juga menjadi salah satu wacana yang dipaparkan oleh Tri Wahyu Utami, salah satu Staff Seksi Kesga (Kesehatan Keluarga) DKK Surabaya.
Penyebab Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah adalah antaralain karena disaat hamil, sang ibu mengidap beberapa penyakit, yakni seperti penyakit kurang darah (pusing, lemah, sering ngantuk), penyakit menahun (TBC, Kencing Manis) atau saat hamil kurang gizi dan lain sebagainya. Masalah yang sering terjadi akibat BBLR adalah suhu badan sang bayi menurun, sesak nafas, bayi kuning, kejang, infeksi (paru, perut, kulit) atau pun Diare.
Cara pencegahan BBLR, yakni dilakukan pada saat ibu sedang hamil, dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi memeriksakan kehamilan secara teratur, meminum tablet tambah darah sesuai anjuran petugas kesehatan, dan apabila ibu memiliki penyakit menahun dan ingin hamil disarankan agar ibu melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan (nakes), dan disarankan untuk memberi jarak kehamilan dengan kehamilan berikutnya lebih dari dua tahun.
Sedangkan untuk cara menangani masalah BBLR adalah dengan tidak memandikan bayi sesaat setelah lahir, menjaga bayi tetap hangat, dan memberi ASI selama kurang lebih 6 bulan delapan kali sehari. Selain itu juga dilengkapi dengan pengarahan bagaimana cara menyusui yang benar sehingga dalam hal ini para bidan dapat memberikan informasi mengenai hal tersebut kepada sang ibu, dan diharapkan dengan begitu ASI yang diberikan akan sampai pada bayi dengan benar.(fie)
|
|
---|
Thursday, December 3, 2009
Antisipasi kelahiran dengan sehat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment